Senin siang di suatu pekan, langit cerah menaungi Kepulauan Gurua Ici di Halmahera Selatan , Maluku Utara. Pelan-pelan Kapal Halsel Express 1 yang saya tumpangi merapat di dermaga Desa Leilei, Kecamatan Kayoa, salah satu kawasan di kepulauan itu.
Disambut tarian adat Soya-Soya dan Togal membuat suasana saat itu mendadak meriah. Desa yang dikenal dengan kue angkak (semacam kue lumpur yang ditaburi kenari) kini dijadikan salah satu kawasan wisata di Halmahera Selatan atau Halsel ini.
Tak jauh dari Desa Leilei, memang telah dibangun beberapa cottage kayu dengan desain tradisional. Di ‘halaman’nya, selain terhampar pasir putih yang lembut, telah dibangun pula jogging track yang dinaungi pohon nyiur. Tak hanya membuat rindang, buah kelapanya pun bisa dijadikan pelepas dahaga. Yang istimewa, adalah lautnya yang bakal menjadi surga para pencinta snorkeling dan diving. Terumbu karang di kawasan ini masih murni, belum lagi berbagai jenis ikan termasuk ikan napoleon favorit para diver banyak berkeliaran di sini. Lengkap sudah.
Daerah wisata laut di Kepulauan Gurua Ici ini konon bakal menjadi salah satu kawasan yang termasuk dalam paket wisata yang menghubungkan antara kawasan wisata Bunaken di Sulawesi Utara sampai kawasan wisata Raja Ampat di Irian Jaya. Semacam kawsan wisata terpadu.
Sayangnya, sepertinya masyarakat di sana masih belum bisa memanfaatkan potensi yang ada. Padahal, bisa saja, penduduk yang dikenal dengan kerajian anyaman dari daun pandan itu membuat pondok wisata yang menjual kerajinan lokalnya. Atau produk lokal lain, seperti ikan asap, atau ikan asin untuk oleh-oleh para turis yang berkunjung ke sana.
Masih banyak lagi objek wisata di Halsel ini, meski memerlukan pembenahan. Di Pulau Bacan, misalnya ada Benteng Bernevald yang dulu dibangun Portugis untuk menahan serangan Spanyol di wilayah ini. Benteng yang dikelilingi parit dan beberapa meriam itu perlu perawatan serius. Kini masih banyak tumbuhan liar di sana. Renovasi bangunan pun harus dibenahi, batu kali yang menjadi bahan dasar bangunnya telah berubah menjadi lapisan semen yang tak terurus. Sehingga karakteristiknya yang unik menjadi hilang.
Di tengah kota Labuha, tepatnya di jalan Usmansyah ada Keraton Sultan Bacan. Disaput warna kuning yang melambangkan warna kesultanan. Bangunannya terlihat lain dari tetangganya, ini karena atap keraton tersebut tinggi mirip atap rumah adat di daerah Bima, Sumbawa Besar. Rupanya pengaruh terbawa karena kesultanan Bacan ini ada hubungannya dengan kesultanan di Bima. Di sini kita bisa melihat beberapa peninggalan yang berhasil diselamatkan dari kebakaran yang melanda keraton aslinya, Yaitu Mahkota, keris serta payung.
Hampir setiap pengunjung berharap melihat bentuk asli dari Mahkota yang disebut Lakare ini. Terbuat dari kain beludru yang tak pernah usang serta hiasan batu-batu mulia asli. Sayang, saat datang, Mahkota serta keris dan payungnya tak bisa dikeluarkan karena sang sultan sedang tidak berada di kediaman.
Bangunan lain yang bersejarah adalah Masjid Raya Bacan yang berusia lebih dari satu abad. Di sini Anda bisa melihat makam beberapa sultan dan para ulama dari negeri Jiran. Banyak pengunjung yang sengaja mampir hanya untuk berjiarah serta mandi air suci yang mata airnya terdapat di bagian belakang Masjid. Konon berkhasiat untuk menyembuhkan dan membuat awet muda.
Halsel juga terkenal dengan Batu Bacan yang berwarna hijau. Penambangan batunya di Pulau Kasiruta, 2-3 jam naik speed boat dari Pulau Bacan. Di Pulau tersebutlah batu akik tersebut ditambang, setelah itu baru di asah di Pulau Bacan sehingga batu akik tersebut lebih dikenal dengan Batu Bacan. Harganya memang tak murah. Bayangkan saja harga 1 kilogram yang belum diasah bisa mencapai Rp.25 juta. Padahal untuk mendapatkan batu akik dengan warna terbaik, dari 1 kg itu hanya 40 -60 persen saja yang terpakai. Belum lagi pengrajin batu terlatih masih minim jumlahnya.
Soal makanan? Ikan asap, pastilah tak sulit dicari di kawasan timur ini. Penyuka buah durian, duku, pala, ini surganya. Duriannya, konon (soalnya pas saya ke sana sedang tidak musim), dagingnya tebal, bijinya kecil, rasanya gurih dan manis.. hmmm.. Duku nya pun tak kalah nikmat, rasa manisnya mengalahkan duku Palembang yang terkenal itu, apalagi di sini dagingnya lebih tebal.
Halsel ibarat mutiara, semakin diasah semakin cemerlang. Begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan di sini. Tinggal diasah..
Catatan : Jangan tanya foto dulu ya… saya lagi belajar bgmn menguploadnya di sini.. 😦 —-> akhirnya teman seperjalanan -Lourent– berbaik hati meberikan beberapa fotonya untuk saya upload di sini. thx ya Rennn…
Satu lagi potensi wisata tanah air yang bisa dikembangkan. Kalau saja kepastian hukum investasi dapat dijamin keberadaannya, saya yakin banyak investor yang tertarik.
Mengenai peran penduduk setempat, saya sependapat kalau mereka perlu diberdayakan. Jangan sampai ketika daerah wisatanya berkembang, mereka justru jadi kuli semata. Pengalaman di Lombok, banyak penduduk yang tadinya memiliki lahan di tempat wisata, sekarang cuma jadi sekedar pedagangan asongan. Barang2 yang dijualpun bukan produk sendiri.
wah kok serius banget yach komentarnya … kapan ngajak jalan2 saya dan keluarga ke tempat2 seperti itu???
—> hehe..mas Aris.. kapan saja sy ready kok… hehe
Hobinya travel yahh… tempatnya kayaknya bagus dari yang dijabarin….. aku pengen sekali2 ke tempat2 kayak benteng kuno yang kamu ceritain, pasti keren kalo ambil gambar disitu ya??? (sok tau)….. c u !
–> keren banget..cuma gak keurus, katanya sih banyak ular putih jg di sana, untungnya wkt ke sana gak ada yg nongol…
aku baru tau kalo pulau bacan ada di halsel, baru tau juga kalo ada kepulaua gurua ici… hihiihi!!!
—> halahh…
duh kamu jalan-jalan mulu.. . cariin sponsor dong bair bisa jalan2 terus hehehhe
–> saya lagi cari sponsor yg nasionalisnya tinggi mas… mau dibikinin cerita soal pelosok2 yg jauhhh itu.. tapi kebanyakan maunya ke tempat shopping aja sih :-(
maen di tempat asik mulu sih…
bikin kepengen…
—> ga semua asyik sih… ada juga mabuk lautnya..hehe
mbak ammar kerjanya apa sih? asik banget kayaknya jalan2 terus… hehueheu… ajak2 napa?
—> kerjanya? yaahh cuma tukang nulis aja nih...
Nanti jj ke maluku tenggara jg ya. Itu kampung mami sy, biar sy tau gimana cerita disana… 🙂
—> haha..siap mbak..
aaah boleh ikut ga kalo jalan2 lagi *ngiri* hiks
—-> ayooo..backpacker-an yukk
saya terakhir beberapa bulan lalu, berkunjung ke Halmahera Utara, Mungkin problem utama pengembangan pariwisata daerah adalah kesiapan birokrasi dan yang nggak nahan…korupsinya dan budaya inefesiensi dan mark upnya…ampunnnnn.
—> budaya yang susah sekali dikikis..
eh kalo dipikir2 kok kaya jejak petualang sih??
—> halahh….
Belum pernah kesana, menarik juga ulasan tentang pulau Maluku.
Wah, keren yah?
Sayang banget kalo ga dikembangin
Oiya, oleh2nya mana nih? Koq aq ga dikasih?
😦
Pengen euih, kesana.
baru tau ada pulau ituh… tapi daku lebih ingin ke banda naira, hihi…
jalan terusssssssssssssss 😦
bikin ngiriiiiiiiiiiiiiiiiiiii 😦
wah lautnya pasti enak banget buat snorkling hobbiku
enaknya jalan-jalan. kalo saya keluar pulau jawa paling banter juga lampung sama bali. selain itu lom pernah
kok aku nggak dibawain durian sih? 😀
masi jalan2 ga? batu2nya seru tuh buat disimpen.
Jalan-jalan lagi. senangnya rasa hati.
ya ampun..mahal banget… gila gak nyangka sampe semahal itu yah..
itut dunk….gak bilang2 mau traveling…. tau2 tinggal ceritanya aja????
doh, si eneng kayak si riyani si cewe jejak petualang ituh 😀
tp asli seru bgt
duh aduh, ngiler ngebayangin duriannya … pasti dagingnya gede2, hmmmm, nyem nyem nyem
bener, emang pulau halmahera selatan indah banget, aku dah dua kali ke sana, terakhir bulan maret kemarin. Di sebelah selatan kota labuha (kurang lebih 2 km) terdapat desa kupal yang memiliki pantai yang indah dan unik. Di pantai tersebut terdapat sumber air panas, kita berenang di pantai dengan air hangat, sangat sensaional terutama jika berengang di pagi hari. Salain itu, lokasi pantainya terletak ditengah-tengah kebun atau tepatnya hutan durian, jika pas musimnya abis renang dilanjutkan dengan bakar ikan dan ditutup dengan makan durian jatuhan, duriannya enak banget nga kalah ama montong. Satu lagi, 5 m dari bibir pantai terdapat telaga alam denan air tawar yang sangat segat, setelah berenang kita bisa langsung bilas di sana.
Di labuha juga sudah tersedia beberapa hotel diantaranya, hotel palm dan aduh aku lupa namanya, tapi hotelnya bagus.
mba mw dunk jd penulis kya mba biar bisa jln2,,
gmn cara’y y???
ksh tw dunk
orang tuaku asli bacan tapi aq sendiri belum pernah kesana ternyata kampung halaman ortuku terkenal juga ya berkat batunya horeeeee horeeeee
btw yang nulis asli mana?
ak orng bcn. tapi dah lima tahun blm kembali k kampung halaman.
btw thanks y..dah ada perhatian buat kampung halamanku.
tapi dari bahasa penulis menggambarkan keadaan bacan yang sangat indah dan juga menjanjikan. memang dari beberapa segi daerah ini memang sangat indah.. dikelilingi launtan yang terjepit diantara selat dengan pemandangan gunung dan bukit2 yang seakan belum terjamah tangan manusia. tapi yang lupa ditulis diatas adalah belum adanya infrastruktur yang akan menambah kenikmatan orang2 yang berlibur. dan juga untuk mendapatkan makanan masih tergolong susah karena belum ada restoran yang mnyajikannya. jadi kalo mau mencicipinya harus datang k pasar2 tradisonal. itu dulu y… keep write..key
–“
wah… ternyata bacan dahsyat yah.. sayang pas saya kesana tak sempat mengeksplor seluruhnya, hanya manggung lalu pulang deh… mudah2an temen2 di bacan jadi mangundang band saya lagi.. biar dipuaskan eksplorasi bacan nya…
Bacan Indah sekali,makanannya enak..tapi klo siang panas sekali,saya baru kemarin pulang dari bacan..jalan2 di bajo,dermaga biru,nusa ra,masjid sultan juga makam sultan dan guru2 beliau,kebetulan saya adalah salah satu dari guru2 agama beliau yaitu Habib Abdurrahman dan Habib Ahmad Assagaf
Salah..maksudnya cicit dari guru2 beliau
Bacan memang indah. Aku dulu termasuk salah satu penduduk sana, tapi karena kerusuhan tahun 2000, aku lari ke Jawa. Aku rindu dengan ikan bakarnya, jalan – jalan ke Bajo beli kamplang, atau ke Penambuan cari ikan di Usaha Mina. Memang Labuha Bacan kota yang tak kulupakan, meskipun aku sekarang tak tinggal disana.
Pulau bacan memang indah, sy termasuk salah satu orng disana , tapi sy prihatin dengan pantai ibu kota labuha yang merupakan tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga, sayang pulau yang indah tidak dijaga
Pulau Bacan sangat indah,saya juga uda kangen pulang ke kampung halamanku.tolong d’muat juga pulau2 kecil yang ada di halse terutama Pulau Mandioly
Bawa oleh2 yang berupa batu akik g? Aku hobi banget ngoleksi batu akik,tapi yang dari Bacan cuma sekedar baca beritanya aja. Kalo ada bagi2 donk…
thanks reviewnya, jdi ingat cerita kawan ttg malut dan raja ampat
Untuk saat ini Saya berdomsili di Halmahera utara. Tepatnya di daerah Sofifi. Ada yang bisa saya bantu?
wah….. Kangen juga… 2001 hapir setahun jg aku di bacan…. waktu itu msh kab maluku utara ….indah tak terkatakan….. sekarang sudah 10 tahun berlalu saya harap bacan akan maju….dan tetap menawan………ingat jalan dari Babang… Labuha….. Panambuang……